“Aulia”
Oleh: Fira Afiyanthy
Ini adalah sebuah mitos tentang hantu
gentayangan yang sering muncul di sebuah kampung bernama Cikanas, yang terletak
di kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, di bawah kesatuan Republik
Indonesia.
Diceritakan, malam itu langit cerah
dipenuhi bintang, cahaya rembulan begitu lembut menyelusup daun-daun yang
bergoyang ditiup angin. Disebuah desa, diantara barisan –barisan rumah
perkampungan, disudut sebuah kamar, tempat seorang gadis terbaring dengan mata
terpejam dan bibir tersenyum penuh simpul. Gadis itu adalah Aulia, kembang desa
yang cantik jelita, dengan rambut panjang hitam tergerai, dan
senyum manis berlesung pipit. Malam itu Aulia merasa sangat bahagia karena tadi
sehabis magrib, Robi atau Magrobi datang bersama kedua orang tuanya untuk
melamar, Robi adalah laki-laki pujaan hati yang sudah lama ia tunggu . Robi
adalah teman masa kecil Aulia yang lima tahun lalu pergi merantau ke kota untuk
menuntut ilmu dan setelah pulang dari kota Robi datang ke rumah Aulia
menyatakan cintanya dan ingin menjadikan Aulia sebagai pendamping hidupnya.
Pagi menjelang, mengganti malam dengan terang. Kicauan
burung pipit turut mengiringi perjalanan hari. Minggu berganti, hari yang
dinantikan kian dekat, dua hari menjelang pernikahan, semua persiapan sudah
hamper terselesaikan . . .
Tiba-tiba khabar mengejutkan itu datang. Seorang utusan
datang memberi khabar tentang kematian Robi. Robi meninggal dengan tiba-tiba,
entah apa penyebabnya. Robi meninggal dengan meninggalkan sejuta kesedihan
dihati Aulia. Robi pergi membawa serta seluruh harapan dan mimpi di hati Aulia.
Kepergiannya yang begitu tiba-tiba menyisakan kepedihan yang begitu dalam.
Aulia menangis, meraung, menjerit, namun Robi takkan pernah kembali.
Semua adalah kehendak dan takdir Tuhan yang tak bisa
ditawar. Rejeki, jodoh, dan maut tak pernah ada yang tau sebelumnya. Manusia
hanyalah pemeran dari takdir yang harus dijalani. Suka duka silih berganti.
Manis pahit adalah kepastian. Putih hitam, terkadang abu-abu adalah suatu
pilihan dalam hidup.
Malam itu adalah malam yang penuh dengan kesedihan, air
mata saja tak cukup menghilangkan kesedihan Aulia. Tiba-tiba Aulia mengambil
sebuah pisau, terlintas dibenaknya untuk mengakhiri saja hidup yang sudah takan
lagi berwarna. Apalah arti hidup bila jiwa telah pergi entah kemana. Apalah
arti hidup bila harapan telah musnah. Pisau yang tergenggam erat itu hampir
saja menghujam di dada Aulia bila tidak dengan tiba-tiba Ibu Aulia muncul untuk
mencegahnya. Tangis penuh histeris mewarnai suasana malam yang penuh kesedihan
itu.
Hari berlalu, namun kesedihan di hati Aulia tak jua
berlalu. Nasihat sang ibu dan keimanan yang ada di dada Aulia lah yang akhirnya
membuatnya tersadar untuk menerima garisan ini dengan keikhlasan. Karena tiada
tempat berlari dan menghindar kecuali menjalaninya.
Dalamnya lautan bisa terjangkau, dalamnya hati siapa yang
tahu. Aulia mencoba mengobati hatinya yang hancur meski entah kapan
tersembuhkan. Satu sisi hatinya mencoba mengikhlaskan Robi, tapi sisi hatinya
yang lain selalu saja menangisi kepergian Robi.Di kegalauan hatinya, Aulia
pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dan melupakan kepahitan hidupnya.
Selang beberapa minggu, kabar kematiann Aulia datang.
Simpang siur tentang penyebab kematiannya beredar. Ada yang mengatakan bahwa
Aulia mati karena tertabrak sebuah mobil, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
Aulia mati karena sakit.Tidak ada kejelasan karena pihak keluarga seperti
menutupi tentang penyebab kematiannya
Pemakaman Aulia menjadi awal cerita menyeramkan
selanjutnya. Karena setelah itu banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang
terjadi di kampung itu.
Suatu siang, di hari Jum’at seorang laki-laki sedang
berjalan di kebun dekat pemakaman,tiba-tiba dikejutkan dengan adanya perempuan cantik
berambut panjang dan berlesung pipit yang sedang berjalan sendiri. Lalu
laki-laki itu pun bertanya pada perempuan itu, “Neng, bade kamana?.”dalam
bahasa Indonesia artinya neng mau kemana? Tapi perempuan itu tidak menjawab
pertanyaan laki-laki itu dan berlalu. Selang beberapa detik laki-laki itu
menengok kearah perempuan tadi dan ternyata perempuan itu sudah menghilang. Menyebarlah
kisah tersebut, dan penduduk kampong mempercayai bahwa itu adalah Auilia.
Di hari yang lain, pada saat tengah malam, seorang supir
bis yang melewati kampung itu menginjakkan rem bisnya tepat di depan makam
karena ada seorang perempuan berambut panjang yang menyetop bis tersebut.
Selang beberapa saat perempuan itu tak juga naik ke dalam bis. Lalu supir bisa
membangunkan keneknya yang tertidur di jok belakang supir untuk mengecek apakah
perempuan itu sudah naik atau belum. Ternyata perempuan itu tidak ada di dalam bis
juga tidak ada di pinggir jalan. Perempuan itu menghilang. Sang supir pun segera
menancapkan gas dan ngapprit karena ketakutan. Kisah ini pun menyebar
dikampung melalui seoarang penduduk yang kebetulan juga sama-sama supir bis.
Kehebohan atas berita itu pun terjadi dan penduduk mempercayai bahwa itu adalah
Aulia.
Dihari yang lain, saat itu sore hari, saat hujan
rincik-rincik, seorang supir bis yang lain tiba-tiba menginjakan rem, karena
mendengar suara perempuan yang memintanya untuk menghentikan bisnya, karena
ingin turun. Kenek bis keheranan kenapa supir bis tiba-tiba berhenti padahal
tidak ada penumpang yang mau naik atau turun. Rupanya sang kenek tidak
mendengar ada suara perempuan tersebut. Dan memang tidak ada satu penumpang pun
yang mau turun. Hanya supir bis dan dua orang penumpang yang kebetulan duduk di
jok belakang supir yang mendegar suara perempuan itu.
Banyak lagi kisah-kisah dari mulut ke mulut yang beredar
mengenai penampakan Aulia ini. Entah benar atau tidak, bahkan katanya Aulia ini
sering muncul keluar dari sebuah rumah yang kebetulan letaknya di samping
pemakaman kampung.
Akhirnya, kisah ini hanyalah sebuah mitos yang jauh dari
kebenaran. Tidak ada satu manusia pun yang bisa bangkit dari kuburnya untuk
menghantui dan menakuti manusia lainnya. Manusia yang sudah mati akan berada di
alam kubur dan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya di hadapan para
malaikat. Boro-boro nyingsieunan batur, manehna geh keur kasieunan.
Sumber ceerita: 1. Nama: Samsul Bahri, S.Pd.I
Pekerjaan : PNS
Jabatan : DKM Kampung Cikanas
2.
Nama: Jajuli
Pekerjaan: pesuruh TK. MA Menes
Jabatan : Mantan RT KP. Cikanas
Menes, Mei
2016
Komentar
Posting Komentar